Keperawatan Anak Definisi Cemas Dll.
PEMBAHASAN MAKALAH TENTANG
DEFINISI , RESPON, CARA MENANGGULANGI CEMAS, SEDIH, TAKUT, DAN MERASA BERSALAH
A.
PERASAAN
CEMAS
1.
PENGERTIAN
Definisi Kecemasan
adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan
tidak berdaya. Ansietas sangat berkaitan denga perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas berbeda
dengan rasa takut,yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
(Suliswati, 2005)
Ansietas adalah keadaan dimana
seorang mengalami perasaan gelisah/cemas dan aktivasi sistem syaraf otonom
dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, tak spesifik. Seseorang yang
mengalami ansietas tidak dapat mengidentifikasi ancaman. Ansietas dapat terjadi
tanpa rasa takut namun ketakutan biasanya tidak terjadi tanpa ansietas. (Capernito,
Linda jual,1999)
Tingkat Kecemasan Menurut
Peplauada empat tingkat kecemasan yang di alami oleh individu yaitu ringan,
sedang, berat dan panik.
1. Kecemasan Ringan
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang
di alami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya
meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif dan memenghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
2. Kecemasan Sedang
2. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada
pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih
dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
3. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu
sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan
tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku dimaksudkan untuk
mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area
lain.
4. Panik
Individu kehilangan kendali diri
detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan
apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan
hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya
disertai dengan disorganisasi kepribadian. (Suliswati, 2005)
2.
RESPON
RESPON FISIOLOGIS :
a.
Kardiovaskuler,
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung
berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
b.
Respirasi,
Napas cepat dan dangkal,
rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
c. Kulit
perasaan
panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa
terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
d. Gastrointestinal
Anoreksia,
rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
e. Neuromuskuler
Reflek
meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, ,
wajah tegang, gerakan lambat.
RESPON PSIKOLOGIS :
a. Perilaku
Gelisah,
tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar
b. Kognitif
Gangguan
perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung,
lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang
berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
c. Afektif
Tidak
sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan
lain-lain.
3.
CARA
MENANGGULANGI
1. Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika,
kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik - konflik tak
sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis
tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari
konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan
dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat
memberi perhatian lebih terhadap tugas - tugas yang lebih kreatif dan memberi
peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih
menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang
daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk
mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa
kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya.
Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang
sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu
terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan
bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai
akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang
sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan mereka yang
sesungguhnya dan kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan
variasi obat- obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan
benzodiazepine, valium dan Xanax. Meskipunbenzodiazepine mempunyai efek
menenangkan tatapi mengakibatkan depansi fisik adiksi(USDHHSS,1999a). orang-
orang yang tergantung kedapanya dapat mengalami serangkaian sintom putus zat
bila mereka berhenti menggunakannya dengan tiba- tiba. Obat
antidepresimempunyai efek antikecemasan dan anti panik selain juga mempunyai
efek anti depresi
4. Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan
dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti
dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih
efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan
tersebut.
B. PERASAAN SEDIH
1.
PENGERTIAN
Sedih merupakan salah satu emosi
akibat berhadapan dengan situasi yang mengecewakan, dan muncul akibat
penderitaan kerana luka, derita dan sakit. Oleh itu, kita akan menangis. Namun
demikian, menangis bukanlah emosi tetapi menangis adalah ekspresi dari sebuah
emosi. Emosi yang paling sering menjadikan kita menangis sebagai ekspresinya
adalah kesedihan (sadness) tapi bukanlah bererti kita hanya boleh menangis jika
sedih saja.
Sedih atau kesedihan adalah
perasaan manusia yang menyatakan kecewa atau frustrasi terhadap seseorang atau
sesuatu. Kesedihan adalah kebalikan dari sukacita. Kesedihan dapat menyebabkan
reaksi fisik seperti menangis, sulit tidur, nafsu makan yang buruk, dan juga
reaksi emosional, seperti penyesalan. Kesedihan dapat disebabkan oleh
kehilangan sesuatu atau seseorang yang memiliki banyak nilai atau kelebihan
kebosanan, emosi ini dapat meningkat jika penderita kesedihan datang untuk
percaya ia bisa melakukan sesuatu untuk mengembalikan atau mencegah kerugian,
bahkan jika ini merupakan sesuatu untuk dilakukan dalam praktek tidak mungkin
untuk mencapai, dan independen dari kehendak sedih. Kesedihan pada umumnya
digambarkan sebagai sesuatu yang pahit, atau seperti rasa sakit, atau sebagai
perasaan tidak mampu, atau sebagai sesuatu yang gelap.
2.
RESPON
RESPON
FISIOLOGIS :
1. Gangguan pola tidur, misalanya,
sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur
2. Menurunnya
tingkat aktivitas, misalnya, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain
seperti menonton tv, makan dan tidur
3. Menurunnya efisiensi kerja,
orang yang terkena kesedihan akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada
suatu hal, atau pekerjaan.sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi
pada hal-hal prioritas
4. Menurunnya produktivitas kerja,
orang yang bersedih akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya.
Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang
dilakukannya
5. Mudah
merasa letih dan sakit, yang membuat sesoeorang mengalami kesedihan adalah
perasaan negatif. Jika seorang menyimpan perasaan negative, maka jelas akan
membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan
RESPON PSIKOLOGIS :
1. Kehilangan rasa
percaya diri, penyebabnya orang yang mengalami kesedihan cenderung memandang
segala sesuatu dari sisi negative, termasuk menilai diri sendiri
2. Sensitive, orang yang mengalami
kesedihan senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya
sensitive sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari
sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan
3. Perasaan bersalah, perasaan
bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami kesedihan.
Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau
akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya
dikerjakan.
3.
CARA
MENANGGULANGI
a.
Berusaha mengendalikan dan mengarahkan
kea rah yang positif
b.
Setiap tindakan harus didasarkan
pada akal sehat
c.
Berpikirlah tentang akibat yang
mungkin terjadi
d.
Berusaha untuk memanfaatkan orang
lain
e.
Kita harus belajar menghadapi segala
situasi itu dengan sikap rasional
f. Kita juga harus menghindari
penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat mengakibatkan
emosional-emosional. Kalau mengalami sesuatu yang bikin marah / sedih, jangan
kebawa emosi dulu
g. Memberikan respon terhadap situasi
dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebihan, proposional sesuai dengan
keadaanya, dengan cara yang bias diterima lingkungan social kita
h.
Mengemukakan emosi positif kita
(senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif (sebel, sedih, marah) secara
benar dan proporsional.
C. PERASAAN TAKUT
1.
PENGERTIAN
Ketakutan adalah
suatu tanggapan emosi terhadap ancaman.
Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai
respons terhadap suatu stimulus tertentu,
seperti rasa sakit atau
ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga
telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan,
dan kemarahan.
Ketakutan harus dibedakan dari
kondisi emosi lain, yaitu kegelisahan,
yang umumnya terjadi tanpa adanya ancaman eksternal. Ketakutan juga terkait
dengan suatu perilaku spesifik untuk melarikan diri dan menghindar, sedangkan
kegelisahan adalah hasil dari persepsi ancaman yang tak dapat dikendalikan atau
dihindarkan.
Perlu dicatat bahwa ketakutan
selalu terkait dengan peristiwa pada masa datang, seperti memburuknya suatu
kondisi, atau terus terjadinya suatu keadaan yang tidak dapat diterima. Dalam
sebuah artikel numerologi, sifat takut adalah dasar. Orang yang bernomor dengan
inisial B, K, T memiliki sifat dasar takut dan cenderung khawatir atau cemas
terhadap segala hal. Di lain pihak orang dengan sifat dasar 2 (takut,
khawatir, cemas) tidak menyukai perubahan dan rasa takutnya bisa merusak
keadaan yang telah ada.
Bahaya kekhawatiran adalah pandangan terhadap
keadaan dan persepsi yang tidak ia sukai harus ia ikuti. Di lain pihak, sudah
tidak ada kemampuan karena usia dan kelemahan kecuali dengan dukungan dan
bantuan orang lain dan pihak lain. Rasa takut harus diatasi dengan menjalin
dukungan dan hubungan, diplomasi dengan pihak pihak yang dipercaya dan
dibutuhkan. Membangun sebuah struktur kemampuan dan manajemen antisipasi juga
membangun sebuah struktur perisai.
Ketakutan dapat diatasi dengan
teknologi dan ilmu pasti. Kecepatan mobil sudah bisa diprediksi kekuatannya
dengan perhitungan disain mobil yang akurat dan tepat. Halilintar dan Jet
Coaster di tempat wisata telah terhitung dengan matang sehingga menjamin tidak
ada korban. Yang menarik adalah rasa takut yang ditimbulkan oleh ketakutan
menaiki gondola atau kereta gantung dan ketakutan atas adanya ancaman harimau
itu sama. Ketakutan akan krisis ekonomi dan ketakutan atas jatuh dari
ketinggian adalah hal yang sama.
2.
RESPON
a. Nafas
memburu
b. Jantung berdetak kencang dan tidak
teratur
c. Berkeringat walaupun kondisi sedang
dingin
d. Otot-otot menjadi lemas
e. Hormon adrenalin meningkat
f. Perut bergolak atau bisa juga
menyebabkan mual
g. Sulit berkonsentrasi
h. Nafsu makan terganggu atau bahkan tidak
nafsu sama sekali
i.
Merasa
pusing
j.
Menyebabkan
tubuh kaku, tidak bisa bergerak dan hanya bisa diam di tempat
k. Badan menjadi panas dingin
l.
Bisa
juga ditandai dengan mulut yang bau
m. Menyebabkan otot menjadi tegang
n. Menyebabkan kita waspada
3.
CARA
MENANGGULANGI
1. Berdoa
Berdoa dapat membuat pikiran kita
menjadi tenang dan kualitas perilaku kita menjadi lebih baik dari
sebelumnya karena adanya keyakinan untuk menghadapi seluruh hal dan masalah
yang dihadapi sesuai keyakinan yang dianut, secara medis otak
menerima rangsangan kimia dari neuron melalui Neurotransmiter berupa
sinyal positif dari lantunan doa maka oleh otak kita terbentuk pula emosi
positif yang dapat membuat fungsi homeostatis tubuh menjadi stabil dan
terkendali seperti degup jantung yang teratur, tekanan darah yang stabil, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu berdoa sangat penting sebagai cara
pertama tindakan preventif untuk menghadapi rasa takut
2. Latihan pernafasan secara teratur
Fungsinya hamper sama dengan
berdoa, tapi ini dilakukan melalui latihan teknik pernafasan yang teratur
dan rutin dilakukan sehingga membuat fungsi homeostatis tubuh menjadi stabil
dan terkendali
3. Ciptakan kondisi psikologi yang
menyenangkan
Fungsinya sama seperti dua cara
sebelumnya yaitu untuk menciptakan homeostatis tubuh yang stabil dan
terkendali, tapi ini dilakukan dengan mengandalkan fungsi otak yaitu
fungsi emosi dan fungsi pembelajaran motorik sehingga menghasilkan pemikiran
positif dan menyenangkan bagi kondisi psikologi kognitif seseorang sehingga
melalui Neuotransmiter yang mengirim sinyal positif menuju otak dapat membuat
fungsi homeostatis tubuh terkendali, hal ini dapat dijelaskan dengan contoh
sebagai berikut: Jika kita takut terhadap sosok setan yang tidak kasat
mata, maka di dalam bayangan kita (alam pikiran sadar kita)
kita dapat menggambarkan sosok setan tersebut sebagai sosok
yang lucu, ada kumis kucingnya, ada pita di atas kepalanya dan mulutnya
tersenyum seperti tokoh kartun yang kita kenal selama ini. Niscaya jika kita
membayangkan sosok setan seperti itu maka kita tidak akan takut, yang ada
malah rasa lucu dan terhibur. Nah... sugesti lucu dan terhibur inilah yang
membuat degup jantung dan tekanan darah kita menjadi stabil (fungsi homeostatis
tubuh) karena rangsangan positif oleh Neurotransmiter dibawa menuju otak yang
berpengaruh terhadap jantung
4. Sugesti positif kepada diri kita
sendiri
Sugestikan anggapan sebagai
berikut: "Bahwa tidak ada hal yang perlu ditakuti
karena sekalipun hal yang ditakuti tersebut terjadi maka itu tidak
membuat dunia kiamat dan tidak membuat diri kita terancam
keselamatannya". Pikirkan hal tersebut berulang-ulang dan
jadikan pegangan hidup kemanapun kita berada, dampaknya adalah otak
dapat merespon suatu sinyal positif yang berpengaruh terhadap psikologi
kognitif diri kita serta terkendalinya fungsi jantung dan tekanan darah.
5. Pastikan kita sedang dalam kondisi
sehat dan prima
Yaitu ketika rasa takut mulai
menghantui kita, oleh karena itu pastikan fisik kita baik-baik saja
melalui Medical Check-up yang rutin sebelum kita memulai suatu aktifitas atau
kegiatan yang cukup berpotensi menghadirkan rasa khawatir atau ketakutan
berlebihan sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa secara tidak
langsung (menilik pada kasus penyakit jantung yang diidap oleh Gerard
Houllier seorang pelatih bola dari klub Aston Villa di Liga Inggris)
D. PERASAAN MERASA BERSALAH
1.
PENGERTIAN
Guilty feeling / perasaan bersalah adalah suatu kondisi emosional
yang dihasilkan dari pemahaman seorang bahwa terjadinya perbuatan dan tindakan
penyimpangan standar moral (Barton, 1992). Rasa bersalah ini sering pula
disebut sebagai “a self administreted punishment”, yaitu suatu proses pemberian
hukuman terhadap diri sendri akibat dari adanya kesadaran terhadap nilai atau
moral tertentu. Biasanya intensitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan
ketakutan terhadap hukuman karena adanya pelanggaran aturan yang dating dari
luar.
Pada kasus hospitalisasi perasaan bersalah muncul karena orang tua
menanggung dirinya telah gagal dalam memberikan perawatan kesehatan pada anaknya,
sehingga anaknya harus mengalami suatu perbuatan kesehatan yang harus ditangani
oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.
2.
RESPON
Menurut Narramore (1981), pada umumnya karakteristik atau gejala
rasa bersalah dapat ditinjau dari :
a. Perilaku teladan (exemplary behavior), individu berpikir ramah dan
baik untuk menutupi perasaan yang sebenarnya terjadi pada dirinya dari rasa
bersalah
b. Keluhan pada tubuh (somatic bodily complaints), hal ini bersifat
emosional yang menunjukan dirinya dalam reaksi psikologis seperti kelelahan
dari sakit kepala
c. Perasaan depresi (feeling of depression), orang yang merasa
bersalah terus menerus menyalakan dirinya, pola reaksi ini dapat menyebabkan
perasaan depresi serius
d. Indulgensi lanjutan (further indulgence), hal ini melibatkan atau
mengumbar lebih dalam praktek yang salah yang merupakan hasil dari sikap
kekalahan atau hitung untuk membawa perasaan bersalah tambahan, sehingga
menimbulkan suatu bentuk hukuman diri
e. Penghukuman diri (self condemnation), seseorang dengan terus – menerus
mengutuk atau menyalahkan dirinya karena telah melakukan sesuatu yang salah,
memalukan atau jahat, hal ini berkaitan dengan perasaan depresi
f. Hukuman diri (self punishment), individu menghukum dirinya sendiri
dengan menyangkal dirinya sendiri seperti kebutuhan makanan, pakaian, atau
materi lainnya. Pada suku primitif hal ini dilakukan dengan melakukan kekerasan
fisik pada diri mereka sendiri, hal ini adalah upaya untuk menembus perasaan
dosa
g. Penolakan harapan (expectation of disapproval), individu mengantisipasi
penolakan dan kutukan dari orang – orang tentang dia dan merasa bahwa dunia
menganggap dia tidak berharga
h. Proyeksi dan kritik yang
tidak semestinya (projection and undue criticism), orang terus – menerus
menyalahkan orang lain
i.
Permusuhan (hospitality),
individu umumnya memusuhi orang lain karena perasaan bersalah pad dirinya
sendiri
j.
Kompensasi (compensation),
merupakan upaya untuk meredakan hati nurani individu dengan melakukan perbuatan
baik, bergabung dengan organisasi yang dihormati dan melakukan amal
3.
CARA
MENANGGULANGI
a. Memahami rasa bersalah yang dialami
·
Menerima rasa bersalah
(menerima kenyataan bahwa tidak bisa mengubah masa lalu)
·
Mengklarifikasi tentang hal
yang menbuat merasa bersalah
·
Merenungkan emosi (explorasi
diri dan mengalami perasaan diri sendiri)
b. Memperbaiki hubungan
·
Memperbaiki hubungan dengan
orang yang pernah disakiti
·
Merenungkan kemungkinan untuk
mengubah perilaku
·
Memaafkan diri sendiri
Pada kasus hospitalisasi, cara mengatasi perasaan bersalah sebagai
orang tua meliputi : (supartini, 2004)
a. Memberi dukungan kepada keluarga untuk mampu tinggal dengan anak
di rumah sakit
b. Apabila diperlukan memfasilitasi keluarga untuk berkonsultasi pada
psikologi atau ahli agama karena sangat dimungkinkan keluarga mengalami masalah
psikososial dan spiritual yang membutuhkan bantuan ahli
c. Memberi dukungan pada keluarga untuk menerima kondisi anaknya
dengan nilai – nilai yang diyakininya
d. Memfasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak apabila
diperlukan keluarga dan berdampak positif pada anak yang dirawat ataupun
saudara kandungnya
Chotto matte (~^0^)~
Buka juga blog dibawah ini
Komentar
Posting Komentar